Artikel ini dimuat di Koran Tempo tanggal 4 November 2003
Open Source, Makhluk Apa Itu ? Bila diterjemahkan secara langsung, open source berarti “(kode) sumber yang terbuka”. Sumber yang dimaksud disini adalah source code (kode sumber) dari sebuah software (perangkat lunak), baik itu berupa kode-kode bahasa pemrograman maupun dokumentasi dari software tersebut.
Open source berlatar dari gerakan nurani para pembuat software yang berpendapat bahwa source code itu selayaknya dibuka terhadap publik. Tetapi pada prakteknya open source itu bukan hanya berarti memberikan akses pada pihak luar terhadap source code sebuah software secara cuma-cuma. Ada banyak hal yang perlu dipenuhi agar sebuah software dapat disebut didistribusikan secara open source atau dengan kata lain bersifat open source.
Organisasi bernama Open Source Organization, mendefinisikan pendistribusian
software yang dapat disebut bersifat open source dalam The Open Source Definition.
The Open Source Definition ini bukanlah sebuah lisensi, melainkan suatu set kondisikondisi yang harus dipenuhi, agar sebuah lisensi dapat disebut bersifat open source.
Definisi ini dapat anda temukan di http://www.opensource.org/docs/definition.php
(versi 1.9). Dua poin definisi yang erat kaitannya dengan bisnis adalah bahwa lisensi bersifat open source tidak boleh melarang pihak ketiga untuk menjual software berlisensi open source sebagai komponen dari sebuah software yang lebih besar, dan lisensi bersifat open source tidak diperbolehkan membatasi software lain. Sebagai contoh, lisensi itu tidak boleh memaksakan bahwa program lain yang didistribusikan pada media yang sama harus bersifat open source atau sebuah software kompiler yang bersifat open source tidak boleh melarang produk software yang dihasilkan dengan kompiler tersebut untuk didistribusikan.
Linux dan Open Source
Kernel (program inti) Linux awalnya dibuat oleh Linus Torvalds seorang diri, dengan mereferensi source code kernel MINIX buatan A.S. Tanenbaum. MINIX sendiri sebenarnya “meniru” UNIX yang dibuat oleh Ken Thompson dan Dennis Ritchie dari AT&T Bell Laboratorium. Sistem operasi Linux sendiri dibuka ke publik umum pada tanggal 5 Oktober 1991. Linus memasukkan program-program yang berlisensi GNU (terjemahan tidak resmi dari lisensi ini dapat ditemukan di http://vlsm.org/etc/gpl-unofficial.id.html) dari Free Foundation Software untuk menjadikan Linux sebuah sistem operasi yang utuh. Sejak saat itu, Linux mendapatkan perhatian dari para programer di seluruh dunia, yang kemudian turut berpartisipasi membangun Linux. Perkembangan Linux berlangsung dengan sangat pesat hingga sekarang.
Saat ini hanya pembangunan kernel Linux saja yang masih dikontrol oleh Linus sendiri. Sedangkan bagian lain dari sistem operasi Linux telah dikembangkan oleh banyak pihak. Linux pun kini memiliki beragam distribusi (distro) seperti, RedHat, Mandrake, Slackware dan Debian. Linux juga diadaptasi ke banyak bahasa seperti misalnya Linux Trustix Merdeka di Indonesia, Vine Linux di Jepang dan RedFlag Linux di Cina.
Daya TaDaya Tarik Open Source
Ketika kita melisensikan program kita dengan lisensi open source, programer-programer dari penjuru dunia dapat berpartisipasi dalam pembuatan software kita. Dari titik pandang lain, dapat dikatakan kita memperoleh engineer-engineer yang berkualitas untuk membangun software kita ini secara gratis.
Memang tidak mudah untuk menarik perhatian programer-programer untuk ikut berpartisipasi membangun software kita. Tetapi begitu hal ini terwujud maka kita akan dapat melihat perkembangan yang kilat dari software kita. Baik perkembangan dari segi teknikal (versi) software itu sendiri maupun dari segi jumlah pengguna software kita. Dari segi bisnis, pengguna software inilah yang kemudian menjadi target dari bisnis open source. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa sebuah open source software membentuk sendiri development environment dan marketnya.
Ada banyak proyek-proyek open source yang sukses saat ini, yang mungkin pembaca pernah dengar. Misalnya: Apache, Tomcat, JBoss, Zope, dll. Sulit dipungkiri bahwa software-software yang berlisensi open source ini sukses merajai dunia aplikasi web.
Bisnis Model Open Source
Bagaimana sebuah perusahan berbasis open source memperoleh keuntungannya? Kita bisa membagi bisnis model open source ke dalam 3 hal di bawah:
Bisnis Distribusi
Maksud bisnis distribusi disini adalah dari beberapa software open source yang ada, dipilih software yang benar-benar diperlukan oleh pengguna, yang berkualitas dan telah dilakukan test untuk kestabilan, lalu dipaket sedemikian rupa supaya mudah di-install dan digunakan. Paket kemasan software inilah yang kemudian dijual ke pengguna. Mulai tahun 1993 bisnis distribusi ini mulai marak. Redhat, Slackware, dsb adalah distribusi kemasan paket software open source yang berbasis ke Linux.
Bisnis Integrasi
Seiring dengan meningkatnya skill pengguna open source software dan semakin tingginya kebutuhan akan solusi bisnis yang lebih terintegrasi, maka bisnis model distribusi berkembang ke arah integrasi open dan closed source (komersial) software dalam satu produk. Jadi, selain mendistribusikan paket software yang gratis, adapula paket yang memang bersifat komersial. Para pelanggan diharapkan akan membeli paket software komersial ini dan diharapkan akan datang kembali untuk memperoleh upgrade dan feature-feature terbaru.
Bisnis Technical Support dan Maintenance
Selain menjual paket distribusi open source software yang lebih mudah diinstal dan digunakan, perusahaanperusahaan juga melengkapi dengan technical support dan maintenance untuk pengguna. Ketika saat ini bisnis distribusi lesu, maka kekurangan ini ditopang penuh dengan bisnis technical support dan maintenance yang lebih banyak menarik pelanggan. Jasa tersebut umumnya berupa dukungan terhadap instalasi, manual penggunaan, package updating dan paket-paket layan dukung 24 jam terhadap pelanggan individu maupun perusahaan. Ada pula vendor yang menawarkan package customization dalam pelayanannya Tidak hanya sampai disitu, usaha juga dilanjutkan dengan mendidik dan melatih enginer-enginer yang dilengkapi dengan sertifikasi. Ini dilakukan cukup sukses oleh Redhat dengan RHCE (Red Hat Certified
Engineer) dan juga Sun Microsystem.
Menengok ke Negeri KitMenengok ke Negeri Kita
Walaupun bisnis model ini tidak lebih sederhana dari bisnis model software yang konvensional, penulis yakin bahwa bisnis model ini bisa menjadi satu pemecahan untuk mengatasi pembajakan software yang merupakan masalah besar di dunia software komputer. Di Indonesia sendiri kurang lebih 90% dari software yang ada di masyarakat adalah software bajakan. Kondisi ini pula merupakan salah satu kendala yang menghambat perkembangan dunia software di Indonesia. UU HAKI yang telah diberlakukan ternyata belum cukup ampuh untuk mengatasi masalah pembajakan software. Pada masa mendatang, dimulai dari Linux, diperkirakan akan muncul banyak perusahaan software yang akan membuat produknya secara open source. Bila budaya open source ini dapat juga berkembang di Indonesia, hembusan angin segar akan dapat dirasakan oleh pengembang software di tanah air. Semoga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar